Senin, 03 Desember 2012

Kemampuan dan Cita-cita


Pada umumnya, usia balita atau lebih selalu memlikii cita-cita, entah dalam bidang apa. Cita-cita yang mereka ungkapkan bukanlah berdasarkan sebuah prinsip atau padangan yang lebih luas tapi karena mengikuti teman, orang tua atau melihat objek-objek yang ada disekitar mereka. Ada yang bercita-cita menjadi superhero, dokter ataupun yang hobi menyanyi akan bercita-cita untuk menjadi seorang penyanyi.

Hari akan terus berganti, begitupun usia, pola pikir, pengetahuan dan sebuah prinsip hidup. Akan selalu berganti ataupun berkembang dari seorang  balita hingga dewasa saat ini. Cita-cita yang dulu menjadi seorang super hero telah mulai menjadi lebih relaistsis untuk sekedar menjadi polisi atau tentara, yang dulunya ingin menjadi princess atau cinderalla, sekarang sudah cukup ingin menjadi seorang entertainer atau berbagai profesi lainnya. Namun, dibalik sebuah cita-cita yang sudah mulai realistis sekarang, ada sebuah masalah yang menyelinap dalam pikiran masing-masing pemimpi. Sanggupkah, bisakah atau mampukah kita meraih cita-cita tersebut.

Kemampuan yang dianggap tidak cukup untuk meraih cita-cita yang diinginkan, menjadikan seseorang kembali berpikir ulang untuk meraih cita-cita yang mereka inginkan. Bahkan, harus memilih sebuah cita-cita yang tidak mereka sukai namun setara dengan kemampuan mereka. Sangat miris memang, kita harus mengurungkan sebuah cita-cita karena menganggap diri tidak memiliki kemampuan untuk meraihnya. Sabuah kesalahan besar, tidakkah Tuhan memberi umatnya kesempatan dan kemampuan yang sama untuk meraih hal-hal terbaik dalam hidup mereka? Ini hanyalah masalah bagaimana bisa kita terus mengasah dan mempertajam kemampuan hingga anggapan kita tentang kemampuan yang kurang cukup meraih cita-cita bisa terus meningkat hingga kita yakin bahwa apa yang kita inginkan sudah sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan, untuk membuat sebuah teori dalam pikiran kita masing-masng bahwa :

“Kemampuanku berbanding lurus dengan cita-citaku.”

11.  Usaha dan Kerja keras
Tidak banyak kisah didunia ini yang mengakatan bahwa orang yang sukses di masa kininya, melakukan usaha yang sedikit untuk meraih apa yang yang mereka inginkan. Maka dari itu, jika kita berani bercita-cita tinggi, jangan kalah berani untuk melakukan usaha dan kerja keras untuk mencapainya

22. Ibadah dan berserah diri
Islam maupun agama lainnya, memmerintahkan umatnya untuk selalu meminta dan bermohon kepada Tuhannya. Jadi, ketika kita telah memiliki usaha dan cita-cita yang pasti, dan kita juga telah melakukan usaha serta kerja keras, jangan lupakan Tuhan. Karena apapun yang terjadi di dunia ini semua karena kehendak Tuhan, tingkatkan ibadah, berusaha keras dan berserah diri untuk segala apa yang akan terjadi. Tuhan selalu bersama umat-Nya yang juga selalu ingat kepada-Nya

33. Instropeksi diri
Pribadi yang baik juga menentukan tingkat kesuksesan seseorang, semakin baik jiwa seorang insan semakin tinggi peluangnya untuk meraih kesuksesan. Maka, untuk bisa menjadi pemimpin yang mampu meraih apa yang ia cita-citakan, kita juga harus berani membedah diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang siap menjadi seorang sukses meraih cita-citanya

44. Sosialisasi
Sebagai makhluk sosial, tingkat sosialisasi juga menjadi salah satu faktor peluang jalan kita meraih cita-cita yang kita inginkan. Karena, semakin baik dan luas sosialisasi seseorang maka ia akan memliki banyak relasi disana sini yang secara tidak diduga bisa menjadi jembatan seorang pemimpi untuk meraih cita-citanya

Tidak salah bermimpi terlalu tinggi jika kemampuan yang kita miliki tidak terlalu mencukupi, tapi yang harus kita ingat sebagai seorang pemimpi adalah bagaimana usaha, doa, pribadi dan lingkungan sebanding dengan tingkatan mimpi besar yang kita cita-citakan
Tetaplah bermimpi kawan!

Rabu, 07 November 2012

SMAN 1 Bukittinggi

SMA Negeri 1 Bukittinggi is the oldest high school in the town of Bukittinggi which was established on July 23, 1959. The school is located on the Sheikh M. No. Jambek Jamil. 36 (Lanbouw)
 In 1957, SMA Negeri 1 Bukittinggi was originally a part of the high school located in Birugo, precisely at the location of SMA Negeri 2 Bukittinggi today. Since 1958 the school was moved to the location of the Shaykh M. No. Jambek Jamil. 36 (Lanbouw) Bukittinggi, and the buildingcompletely ready for use in 1959