Pada umumnya, usia balita atau
lebih selalu memlikii cita-cita, entah dalam bidang apa. Cita-cita yang mereka
ungkapkan bukanlah berdasarkan sebuah prinsip atau padangan yang lebih luas
tapi karena mengikuti teman, orang tua atau melihat objek-objek yang ada
disekitar mereka. Ada yang bercita-cita menjadi superhero, dokter ataupun yang
hobi menyanyi akan bercita-cita untuk menjadi seorang penyanyi.
Hari akan terus berganti,
begitupun usia, pola pikir, pengetahuan dan sebuah prinsip hidup. Akan selalu
berganti ataupun berkembang dari seorang
balita hingga dewasa saat ini. Cita-cita yang dulu menjadi seorang super
hero telah mulai menjadi lebih relaistsis untuk sekedar menjadi polisi atau
tentara, yang dulunya ingin menjadi princess atau cinderalla, sekarang sudah
cukup ingin menjadi seorang entertainer atau berbagai profesi lainnya. Namun,
dibalik sebuah cita-cita yang sudah mulai realistis sekarang, ada sebuah
masalah yang menyelinap dalam pikiran masing-masing pemimpi. Sanggupkah,
bisakah atau mampukah kita meraih cita-cita tersebut.
Kemampuan yang dianggap tidak
cukup untuk meraih cita-cita yang diinginkan, menjadikan seseorang kembali
berpikir ulang untuk meraih cita-cita yang mereka inginkan. Bahkan, harus
memilih sebuah cita-cita yang tidak mereka sukai namun setara dengan kemampuan
mereka. Sangat miris memang, kita harus mengurungkan sebuah cita-cita karena
menganggap diri tidak memiliki kemampuan untuk meraihnya. Sabuah kesalahan
besar, tidakkah Tuhan memberi umatnya kesempatan dan kemampuan yang sama untuk
meraih hal-hal terbaik dalam hidup mereka? Ini hanyalah masalah bagaimana bisa
kita terus mengasah dan mempertajam kemampuan hingga anggapan kita tentang
kemampuan yang kurang cukup meraih cita-cita bisa terus meningkat hingga kita
yakin bahwa apa yang kita inginkan sudah sesuai dengan kemampuan yang kita
miliki.
Beberapa hal yang mungkin bisa
dijadikan bahan renungan, untuk membuat sebuah teori dalam pikiran kita
masing-masng bahwa :
“Kemampuanku berbanding lurus dengan
cita-citaku.”
11. Usaha
dan Kerja keras
Tidak banyak
kisah didunia ini yang mengakatan bahwa orang yang sukses di masa kininya,
melakukan usaha yang sedikit untuk meraih apa yang yang mereka inginkan. Maka dari
itu, jika kita berani bercita-cita tinggi, jangan kalah berani untuk melakukan
usaha dan kerja keras untuk mencapainya
22. Ibadah
dan berserah diri
Islam maupun
agama lainnya, memmerintahkan umatnya untuk selalu meminta dan bermohon kepada
Tuhannya. Jadi, ketika kita telah memiliki usaha dan cita-cita yang pasti, dan
kita juga telah melakukan usaha serta kerja keras, jangan lupakan Tuhan. Karena
apapun yang terjadi di dunia ini semua karena kehendak Tuhan, tingkatkan
ibadah, berusaha keras dan berserah diri untuk segala apa yang akan terjadi. Tuhan
selalu bersama umat-Nya yang juga selalu ingat kepada-Nya
33. Instropeksi
diri
Pribadi yang
baik juga menentukan tingkat kesuksesan seseorang, semakin baik jiwa seorang
insan semakin tinggi peluangnya untuk meraih kesuksesan. Maka, untuk bisa
menjadi pemimpin yang mampu meraih apa yang ia cita-citakan, kita juga harus
berani membedah diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang
siap menjadi seorang sukses meraih cita-citanya
44. Sosialisasi
Sebagai makhluk
sosial, tingkat sosialisasi juga menjadi salah satu faktor peluang jalan kita
meraih cita-cita yang kita inginkan. Karena, semakin baik dan luas sosialisasi
seseorang maka ia akan memliki banyak relasi disana sini yang secara tidak
diduga bisa menjadi jembatan seorang pemimpi untuk meraih cita-citanya
Tidak salah
bermimpi terlalu tinggi jika kemampuan yang kita miliki tidak terlalu
mencukupi, tapi yang harus kita ingat sebagai seorang pemimpi adalah bagaimana
usaha, doa, pribadi dan lingkungan sebanding dengan tingkatan mimpi besar yang
kita cita-citakan
Tetaplah bermimpi
kawan!